Selasa, 18 September 2007

PRINSIP-PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Islam merupakan agama yang bersifat universal, artinya bersifat menyeluruh dan mengajarkan kebajikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Biasanya pengambilan keputusan dilakukan oleh seorang pemimpin atau individu yang dipercaya oleh masyarakat, namun demikian pengambilan keputusan dalam setiap persoalan termasuk di dalamnya persoalan pendidikan ternyata tidaklah semudah yang kita bayangkan, melainkan memerlukan analisis yang mendalam, karena apabila tidak dianalisis dapat berdampak negatif bagi individu maupun masyarakat.
Dalam hal pengambilan keputusan, tentu masing-masing dari kita memiliki pertanyaan yang mendasar yakni bagaimana pengambilan keputusan dalam perspektif Islam? Apakah ada prinsip-prinsip yang mengatur hal tersebut?. Oleh karena itu dalam tulisan ini saya akan mencoba menjelaskan tentang pengambilan keputusan dan prinsip-prinsipnya dalam perspektif Islam

A.Pengambilan Keputusan
Dalam Islam dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pilihan yang diambil oleh seorang pemimpin dari berbagai alternatif untuk memecahkan permaslahan yang berdasarkan nilai-nilai Islami yaitu al-qur’an dan sunnah Rasul.
Berdasarkan pemahaman tersebut dapat kita pahami bahwa menurut Islam yang menjadi barometer dalam pengambilan keputusan adalah nilai-nilai Islam yakni al-qur’an dan sunnah rasulullah. Apabila ada hal-hal yang dianggap melanggar Islam maka dapat dikatakan bahwa keputusan tersebut kurang baik. Hal bukan berarti bukan berarti Islam sangat ekslusif dan tertutup terhadap hal-hal yang bukan berasal dari Islam, harus kita pahami bahwa Islam sangat menjujung tinggi nilai-nilai yang dapat menunjang kehidupan manusia sendiri, seperti demokrasi, hak asasi manusia dan sebagainya.

B.Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam perspektif Islam
Sebagimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa Islam adalah agama yang bersifat universal, maka dalam pengambilan keputusan ada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mengatur hal tersebut. Hal ini diperlukan agar pengambilan keputusan tersebut dilaksanakan dengan baik dan tidak merugikan masyarakat banyak.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1. Adil
Prinsip yang pertama dan paling utama dalam pengambilan keputusan adalah adil. Secara istilah adil dapat diartikan tidak berat sebelah, tidak memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting karena dengan keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang lain. Dalam Islam sifat adil sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin karena melalui sifat adil seorang pemimpin akan dihormati dan dimuliakan oleh Allah. Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Maidah yang artinya “Hai orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam ayat di atas, sangat jelas bahwa Allah swt memerintahkan segenap manusia untuk berbuat adil dalam setiap hal. Hal itu pula yang menjadikan Islam dalam semua syariatnya menjunjung tinggi prinsip keadilan. Begitu pentingnya sifat adil bagi pemimpin, Ibn Taymiyah punya pendapat yang agak ekstrem. Menurutnya, pemimpin yang adil meskipun kafir lebih baik daripada pemimpin Muslim tetapi tidak adil. Alasannya cukup rasional, kekafirannya hanya memberikan mudarat kepada dirinya, sedangkan keadilannya bermanfaat kepada orang lain/rakyat. Sedangkan pemimpin Muslim yang tidak adil, keislamannya hanya bermanfaat untuk dirinya, sedangkan ketidakadilannya memberi mudarat kepada orang lain/rakyat.

2.Amanah
Prinsip selanjutnya adalah amanah bertanggung jawab Pengertian amanah, sebagaimana dirumuskan dalam beberapa kitab kuning, adalah "syu'urul mar'i bi tabi'atihi fi kulli amrin yukalu ilaihi". Artinya, rasa tanggung jawab seseorang akibat dari segala sesuatu yang diserahkan kepadanya. Amanah dapat diartikan pula terpercaya. Melalui amanah maka dalam pengambilan keputusan akan memiliki dampak psikologis bahwa keputsan tersebut merupakan keputusan yang harus dilaksanakan dan akan dipertanggung jawabkan dikemudian hari. Sifat amanah sangat diperlukan karena menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama. Setiap pemimpin yang mendapat amanah dari manusia untuk menjalankan kepemimpinan ini dibebani amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar. Firman Allah SWT, Q.S. Al-Anfaal 27-28 menyatakan, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)." Allah SWT memuji orang yang kuat dan sanggup memikul amanat sebagai orang yang paling baik (Q.S. Al-Qashash:26).

3.Istiqomah
Dalam Islam Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa keadaan sekalipun. Dalam pengambilan keputusan kita harus mempunyai keteguhan yang berdasarkan nili-nilai Islami artinya kita tidak mudah goyah dalam membela kebenaran yang sudah kita yakini dalam al-Quran sudah dijelsaskan tentang istiqomah yakni dalam surat Fusilat yang artinya : Katakanlah ( Wahai Muhammad ): “Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-Nya)……”

4.Kejujuran
Dalam Islam kita dituntut untuk bersikap jujur dalam setiap perbuatan, termasuk dalam pengambilan keputusan. Karena melalui kejujuran akan mendekatkan kita kepada kebaikan. Rasulullah bersabda :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dari Nabi Muhammad saw. bahwasanya beliau bersabda. “Sesungguhnya sidiq itu membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan pada surga. Dan seseorang beperilaku sidiq, hingga ia dikatakan sebagai seorang yang siddiq. Sementara kedustaan akan membawa pada keburukan, dan keburukan akan mengantarkan pada api neraka. Dan seseorang berperilaku dusta, hingga ia dikatakan sebagai pendusta.” (HR. Bukhari)
Hadits sederhana ini menggambarkan dua hakekat perbedaan yang begitu jauh. Pertama mengenai as-sidq (kejujuran & kebenaran iman), yang digambarkan Rasullah saw. sebagai pintu gerbang kebaikan yang akan mengantarkan seseorang ke surga. Sementara hakekat yang kedua adalah kedustaan (al-kadzb), yang merupakan pintu gerbang keburukan yang akan mengantarkan pelakunya ke dalam neraka. Sidiq merupakan hakekat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas, karena mencakup segenap aspek keislamamn. Oleh karena itulah, dalam ayat lain, Allah memerintahkan kita untuk senantiasa bersama-sama orang yang sidiq: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (sidiq).” (At-Taubah: 119).
Demikianlah prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam Islam, sebenarnya masih banyak prinsip-prinsip yang lain yang belum dapat disampaikan, seperti, musyawarah, tablig dan sebagainya, namun saya belum bisa menyampaikan secara keseluruhan karena terbatasnya ruang pena di antara kita.

Zamzam Muhajir

marhaban ya ramadhan

duh senengnya bisa ketemu